Jumat, 23 Desember 2011

“Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.”



BABI SUDAH MENJADI HALAL... BENARKAH...?

Tuhan menyatakan tentang nasib orang-orang yang makan babi dan binatang jijik lainnya di akhir zaman:

Pada zaman nabi Yesaya, Tuhan berfirman tentang apa yang terjadi saat kedatangannya di akhir zaman. Yesaya 66:15-17 berkata : “Sebab sesungguhnya, TUHAN akan datang dengan api, dan kereta-kereta-Nya akan seperti puting beliung, untuk melampiaskan murka-Nya dengan kepanasan dan hardik-Nya dengan nyala api. Sebab TUHAN akan menghukum segala yang hidup dengan api dan dengan pedang-Nya, dan orang-orang yang mati terbunuh oleh TUHAN akan banyak jumlahnya. Mereka yang menguduskan dan mentahirkan dirinya untuk taman-taman dewa, dengan mengikuti seseorang yang ada di tengah-tengahnya, yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah Firman Tuhan.”
Kepada bangsa manakah, Firman Tuhan ini ditujukan ? Pada ayat selanjutnya, Yes. 66:18 mengatakan : “Aku mengenal segala perbuatan dan rancangan mereka, dan Aku datang untuk mengumpulkan segala bangsa dari semua bahasa, dan mereka itu akan datang dan melihat kemuliaan-Ku.” Jelas bahwa ayat ini ditujukan kepada semua bangsa dan semua bahasa, bukan hanya bagi bangsa Israel.
Jadi, kita sedang menunggu suatu saat di akhir zaman, saat dimana Tuhan akan melampiaskan kemarahanNya bagi mereka-mareka yang melanggar pantangan yang Dia sudah nyatakan.
Ada banyak orang yang menganggap bahwa ayat tersebut sudah usang, karena terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama. Untuk menanggapi alasan mereka, maka harus dimengerti dahulu tentang istilah “Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.”
Istilah “Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru “
Dalam 2 Korintus 3:12-16, Paulus mengatakan : “Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu.Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya KRISTUS saja yang dapat menyingkapkannya. Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka.Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya.”
Jelas bahwa, bukan berarti dengan datangnya Perjanjian Baru, maka tulisan-tulisan Perjanjian Lama telah berlalu, justru salah satu tujuan datangnya YESUS adalah untuk menyingkap/menjelaskan bacaan Perjanjian Lama. Kalau hati seseorang berbalik kepada Tuhan/ bertobat, ia tidak akan terselubung wajahnya seperti orang Israel pada saat sekarang, karena YESUS akan menjelaskan isi Perjanjian Lama itu.
Lukas 24:27 mencatat bahwa Kitab Perjanjian Lama yaitu Kitab Para Nabi adalah buku Kitab Suci pegangan YESUS : “Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.”
Demikian juga Paulus saat menginjil, Kisah Rasul-rasul 28:23: ” Lalu mereka menentukan suatu hari untuk Paulus. Pada hari yang ditentukan itu datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang YESUS. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore.”
Gereja Kristen mula-mula pun menggunakan Kitab Suci yang disebut Kitab Musa dan para nabi. Kisah Rasul-rasul 15:21 mengatakan : “Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat ". Paulus masuk ibadah hari Sabat di Antiokia dan di sana juga dibacakan Kitab Taurat dan Para nabi(Kis.13:15).
Yang disebut zaman Perjanjian Baru adalah zaman dimana YESUS mulai membentuk kelompok pengikut yang akan menjadi umat Kristen mula-mula. Bukan berarti bahwa zaman itu mereka tidak memakai Kitab Perjanjian Lama, sebab telah jelas diatas bahwa YESUS dan Paulus menggunakan Kitab suci Perjanjian Lama(Kitab Musa dan Para Nabi). Bukankah saat itu buku Kitab Perjanjian Baru belum ada, karena buku tersebut merupakan riwayat kisah kehidupan YESUS dan Paulus dalam menginjil dan menulis surat-surat untuk jemaat-jemaat Kristen mula-mula…Jadi, setelah YESUS naik ke surge dan Paulus meninggal barulah kisah yang terdapat dalam Kitab Perjanjian Baru selesai ditulis. HampIr 100 tahun kemudian barulah Kitab Perjanjian Baru diterbitkan. Umat Kristen sesudah penerbitan Kitab tersebutlah yang kemudian mulai menggunakan kedua Kitab Perjanjian ini.
Dalam Alkitab, istilah Perjanjian Lama muncul dan ada penjelasannya dalam Kitab Perjanjian Baru(1 Kor.3: 12-16), sedangkan Istilah Perjanjian Baru muncul pertama kali sebaliknya, yakni dalam Kitab Perjanjian Lama, Yermia 31:31-33 : “Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah Firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah Firman Tuhan. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah Firman Tuhan: “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”
Jelas, bahwa dengan datangnya Perjanjian Baru, Taurat yang tadinya dalam Perjanjian Lama hanya dalam bentuk loh batu, tetapi dalam Perjanjian Baru Tuhan masukkan dalam dalam loh-loh hati manusia seperti yang ditegaskan oleh 2 Kor. 3:3 : ” Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat KRISTUS, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.”
Jadi, apakah perbedaan utama antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Dalam Perjanjian Lama,Taurat tertulis pada loh-loh batu(dalam Perjanjian Lama), tetapi dalam Perjanjian Baru, tertulis dalam loh-loh hati dan diungkapkan dalam sikap moral sehari-hari sehingga terbaca oleh orang lain sebagai surat KRISTUS.
Artinya, bahwa hukum Taurat memang tidak ditiadakan dalam zaman Perjanjian Baru. Dan YESUS memang menyatakan tidak datang untuk meniadakannya (Mat.5:17). YESUS datang justru untuk membebaskan manusia dari dosa. Dosa adalah pelanggaran akan hukum Allah(1 Yoh. 3:4). Jadi YESUS datang untuk membuat manusia bebas dari pelanggaran terhadap hukum Allah, mereka menjadi orang-orang yang hidup baru, yang hidup menurut hukum Allah. YESUS datang bukan hanya untuk orang Israel tetapi untuk semua manusia di muka bumi ini. Ia meminta semua manusia untuk bertobat.
Sebuah pengalaman YESUS sehubungan dengan “babi” dan permintaan setan.
Sehubungan dengan misiNya di dunia ini sebagai manusia, apakah yang pernah dilakukan YESUS sehubungan dengan binatang yang bernama “babi“?
Mat.8:28-33 menceritakan bahwa YESUS mengusir setan-setan yang merasuk dalam tubuh seseorang yang disembuhkanNya di Gadara saat itu. Setan-setan yang keluar dari tubuh orang ini meminta YESUS agar diperintahkan berpindah ke tubuh sekelompok babi piaraan yang ada di dekat mereka. YESUS kemudian memerintahkan mereka untuk berpindah ke tubuh babi-babi itu. Akhirnya, setan-setan itu membuat babi-babi tersebut meloncat ke danau sehingga mati tenggelam.
Apa makna yang terkandung dalam cerita ini? Apakah YESUS memang memiliki sikap yang begitu jahat sehingga membuat mata pencaharian si pemilik babi-babi tersebut hilang atau membuat mereka menjadi rugi? Tentu saja tidak! YESUS mengasihi manusia. Karena YESUS datang membawa misi pertobatan bagi manusia. Sudah tentu ada makna dibalik tindakan YESUS sehubungan dengan pertobatan manusia. Sudah pasti, YESUS tidak akan melakukan tindakan yang merugikan orang. Maknanya disini tentu bahwa YESUS tidak menganggap babi adalah makanan manusia. Kalau memang babi adalah binatang yang dihalalkan atau diizinkan YESUS untuk dimakan, tentu Ia tidak akan mengizinkan setan-setan itu memusnahkan binatang peliharaan orang, sehingga merugikan si pemilik babi tersebut. Bagaimanapun juga, Alkitab mencatat bahwa ada dua jenis binatang yang pernah menjadi tujuan setan untuk masuk dan tinggal yaitu ular, waktu menggoda Hawa, dan babi saat di Gadara.
Pengalaman Petrus dengan binatang haram
Kisah Rasul-rasul 10:1-48 mengisahkan tentang peristiwa Petrus yang mendapatkan penglihatan seolah-olah Ia disuruh Tuhan untuk makan binatang yang haram/tidak tahir. Saat itu Petrus menjawab : ”Tidak Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.”(ayat 14) Kita perhatikan bahwa hingga saat itu (ingat! YESUS sudah naik ke surga), Petrus masih mempunyai pengertian tentang pembedaan mana yang halal dan mana yang haram! Tentu saja karena Petrus adalah murid YESUS, kita yakin bahwa semua ajaran YESUS telah diketahuinya. Kalau saja peristiwa kematian YESUS telah membolehkan manusia untuk makan yang haram, maka Petrus akan makan binatang-binatang tersebut. Walaupun selanjutnya ada jawaban Tuhan yang menyatakan agar dia jangan haramkan apa yang dihalalkan Tuhan 3x, ternyata Petrus bukan langsung menjamah binatang-binatang tersebut. Tetapi berkas tersebut segera terangkat ke langit. Ia justru berpikir tentang apa arti penglihatan tersebut. Apakah memang benar merupakan pertanda bahwa boleh makan binatang yang tadinya adalah haram? Oh, bukan..Ternyata ada peristiwa selanjutnya yang memberikan pengertian baru baginya. Dalam Kisah 10:28 Paulus mengatakan: "Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir.” Selama ini Petrus merasa bahwa keselamatan hanya bagi orang Israel saja sedangkan bagi bangsa-bangsa lain diharamkan untuk selamat. Dengan penglihatan itu, ia diyakinkan bahwa bangsa-bangsa lain juga dihalalkan untuk memperoleh keselamatan. Dengan kesimpulan tersebut, Petrus disiapkan untuk mengajar seorang yang bernama Kornelius yang berasal dari bangsa non Israel. Dia juga dihalalkan untuk mendapat bagian keselamatan. Dengan demikian yang dimaksud dengan tulisan dalam Kisah 10 diatas, bukanlah pernyataan Tuhan tentang perubahan haram-halalnya binatang, tetapi tentang keselamatan bangsa-bangsa bukan Israel.
Kata-kata Paulus tentang makanan yang sering dijadikan dasar seolah-olah tidak ada istilah binatang haram lagi dalam zaman Perjanjian Baru dan pembahasannya.
- Kisah 15:19-21 : “Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah. Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat."
Banyak orang menafsirkan kata-kata Paulus ini, seolah-olah Paulus member peluang untuk orang percaya dari bangsa non Yahudi untuk boleh makan haram dan yang tidak boleh hanya larangan makan makanan yang dipersembahkan pada berhala, percabulan dan makan binatang yang mati dicekik dan makan darah saja. Mereka tidak membaca apa persoalan pokok dalam Kisah 15. Kalau kita membaca fasal ini mulai ayat 1 samapi selesai, sebenarnya pokok utama pembicaraannya mengarah kepada keinginan orang percaya yang berasal dari Yahudi yang mengharuskan yang dari bangsa lain untuk melakukan sunat. Paulus menyatakan agar jangan memberikan kesulitan kepada mereka. Tapi yang harus dinyatakan kepada mereka yaitu tentang larangan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, percabulan, makan daging binatang yang mati dicekik, darah dan percabulan, sebab hal-hal itu telah membudaya diantara mereka. Dan selanjutnya Paulus merujuk “alasannya/sebabnya” pada Hukum Musa yang tiap Sabat diberitakan sejak dulu sampai saat dimana Paulus menjalankan misi saat itu. Jadi peraturan jemaat yang menjadi dasar Paulus selalu merujuk kepada Hukum Taurat/Musa. Jadi, tidak ada pengertian yang menunjukkan seolah-olah Paulus membolehkan makan binatang haram, atau menghalalkan yang haram.

- Roma 14:2-3 : “Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja. Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu.”
Arti kata “makanan” yang disebutkan baik oleh YESUS maupun Paulus sering dianggap sama dengan arti kata “makanan” yang dimengerti oleh kebanyakan orang saat ini. Padahal berbeda. YESUS dan Paulus selalu merujuk ajaran mereka kepada Kitab suci yang diajarkan oleh mereka, yaitu Kitab Taurat dan para nabi. Imamat 11 mengajarkan bahwa ada binatang haram yaitu yang tidak boleh dimakan , jadi artinya bukan makanan !! dan binatang halal yaitu binatang yang boleh dimakan artinya itu adalah makanan. Jadi, istilah “makanan” selalu berarti binatang yang halal. Kita tidak pernah mendapati bahwa YESUS pernah menyatakan semua binatang sudah menjadi halal. Jadi, Roma 14:2-3 tidak mengarahkan kita tentang boleh tidaknya makan binatang haram, tetapi mengarahkan kepada kita agar jangan menghakimi orang yang makan ataupun tidak makan makanan atau binatang halal atau hanya makan sayuran.
- 1 Kor.8:8 : "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."
Ayat ini tidak mengarahakan kepada bolehnya seseorang makan binatang haram, tetapi menyatakan bahwa makanan/binatang halal apabila kita makan atau tidak tetaplah tidak membuat kita lebih dekat kepada Allah. Orang makan ayam(masuk binatang halal) atau pun tidak makan ayam tidak berpengarauh kepada keselamatan mereka.
- Kol.2:16: “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman…….,”
Ayat diatas jelas tidak ada hubungannya dengan binatang haram, tapi berhubungan dengan makanan atau binatang halal. Jadi maksudnya, janganlah kita biarkan orang melarang kita makan binatang halal seperti daging domba atau kambing yang pada acara pengorbanan medzbah di kaabah zaman Israel ada peraturan larangan umat Israel untuk makan daging persembahan korban. Yang boleh makan saat itu adalah para imam saja.
Adakah ayat dalam Kitab Perjanjian Baru yang masih secara jelas menyatakan tentang larangan menjamah apa yang haram/najis atau tidak tahir?
Dalam 2Kor. 6:17 secara jelas Paulus menyatakan : “Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, Firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.”
Demikian ajaran Alkitab tentang makanan. Tuhan YESUS memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar