Musuh kita terutama tidak lain adalah diri kita sendiri. Kitalah musuh kita terhebat; kita semua hidup dalam tubuh dosa. Menurut firman Tuhan, semua kita memiliki hati yang bersifat penipu, mampu mencari alsan dan membenarkan tindakan-tindakan yang terburuk sekalipun. Lidah kita dapat berubah menjadi suatu dunia kejahatan yang diilhami oleh api neraka. Kepahitan, iri hati dan permusuhan yang tertanam dalam hidup kita bersifat duniawi, penuh nafsu dan dipengaruhi iblis. Kita seumpama limbah kejahatn dan yang memalukan ialah, kita tidak menyadari bahkan tidak bersedia mengakuinya. Kenapa…. Karena kita terlalu sombong.
Rasul paulus telah menjelaskan masalah ini dalam surat Roma: “sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada suatu yang baik tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada didalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat”. (Roma 7:18-19). Keadaan mendua ini adalah keserbasalahan yang dialami stiap kita manusia (umat Kritiani). Sifat lama kita yang berdosa adalah musu yang mematikan; kita perlu menyongsornya terus menerus. Yakobus mempertanyakan kita, “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran diantar kamu? Bukankah datangx dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu menginginkan sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa karena kamu tidak berdosa” (Yak 4:1-2).
Raja saul adalah sebuah contoh menarik tentang orang yang hidupnya tercabik oleh pergumulan ini. Dia adalah raja Israel yang diurapi. Posisinya terjamin namun dia menjadi korban kecemburuan dan iri hati. Ketika tentar kembali sesudah Daud membunuh Goliat, pahlawan Filistin itu, wanita – wanita Israel mulai menari dan menyanyi: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Saul menjadi iri akan keunggulan Daud dan sejak saat itu “Saul slalu mendengki Daud” (I Samuel 18:6-9). Kecemburuan Saul menyebabkan dia merasa tidak aman. Dia mulai dihantui oleh kemungkinan takhtanya direbut dari tangannya. Lalu rasa tidak amannya membuat dia menjadi gila. Hari berikutnya saul melemparkan lembingnya kea rah daud, sambil berharap bahwa dia dapat membunuh daud dan dengan demikian menyingkirkan ancaman terhadapnya. Kesombongan dan kecemburuannya menyebabkan dia menjalani kehidupan yang terluka dan membawahnya kepada kematian yang terlalu pagi.
Nafsu Daging
Nafsu adalah keinginan yang “Tidak Sehat”, bukan hanya sex tetapi segala macam bentuk keinginantidak sehat. Bisa berbentuk keinginan kuat untuk Memiliki Harta yang menyebabkan munculnya banyak masalah antara kita umat manusia. Bisa berbentuk keinginan tidak sehat terhadap Popularitas yang menyebabkan kita untuk mencari suatu kelompok yang di dalamnya kita merasa diterima dan menjadi bagian dari kelompok itu, atau bisa juga berupa keinginan yang tidak sehat akan Posisi suatu dorongan untuk menjadi nomor satu. Nafsu dapat membawa kehancuran seperti kita tahu dalam kisah raja Daud. Dia membiarkan nafsu sexnya membawa dia ke dalam dosa zinah, dia berhubungan gelap dengan batsyebasementara suami batsyeba bertempur di garis tedepan membela Israel.
Karena dosa Daud, banyak orang menderita, suami batsyeba terbunuh, bayak luka tergores yang tak tersembuhkan. Betapa sedih kisah hidup Daud itu, tetapi mungkinkah itu terjadi pula pada kita? Jawabnnya ialah Ya, sekarangpun hal seperti ini sedang terjadi diantara banyak orang Kristen. Bukan saja dosa zinah dan pembunuhan, tetapi banyak lagi dosa-dosa pedih lainnya. Yang jelas, tak seorangpun kebal terhadap kuasa si pencoba; kita perlu berjaga-jaga. Pengampunan dapat kita peroleh dari Allah, tetapi goresan lukanya akan tertinggal.
Menjinakan Lidah
Masalah daging lainnya yang semua kita harus hadapi ialah masalah pengendalian lidah: “tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adala sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yak. 3:8). Lidah bisa dipakai untuk menyakiti, melemparkan kritik dan menggerutu. Lidah dapat menyembuhkan, tetapi dapat juga melukai.
“demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara besar. Lihatlah betapapun kecilnya api ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambu tempat diantara anggota anggota tubuh kita sebagai suatu yang dapat menodaiseluruh tubuh dan menyalahkan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalahkan oleh api neraka. Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorang pun yang berkuasa dapat menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yak. 3 5-8).
Tak ada hal lain yang dapat lebih merusak tubuh Kristusdibandingkan lidah yang belum dijinakkan. Iblis sering menggunakan otot kecil ini untuk memfitnah, mencemarkan dan menghancurkan sifat orang yang tak bersalah. Tetapi Amsal berkata, “enam perkara ini yang di benci TUHAN, bahkan tujuh perkara yang menjadi kejijikan bagi hatinya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segerah lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang dapat menimbulkan pertengkaran saudara” (Amsal 6:16-19).
Karena saya telah melanggar semua hal yang Allah benci ini dan lidah saya berbicara tajam, menghakimi, menyakiti, mengkritik dan mengucapkan dusta, saya mulai mempelajari kitab Amsal secara mendalam yang ternyata didalam kitab itu banyak berbicara tentang penggunaan lidah. Dibawah ini beberapa poin yang saya pelajari yang bisa saya bagikan buat saudara sekalian khususnya saudara yang seiman dengan saya:
v Lidah Yang Menyembuhkan: “Ada orang yang lancing mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.” (Ams 12:18)
v Lidah Yang Menggembirakan: “Kekuatiran dalam jati membukkukan orang tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.” (Ams 22:25)
v Lidah Yang Arif: “Jawaban yang lemah lembut meredahkan kegemaran, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” (Ams 15:1)
v Lidah Yang Lembut: “Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya.” (Ams 17:27-28)
v Lidah Yang Terkendali: “Di dalam banyak bicarapasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” (Ams 10:19)
“Si Iblis sengaja melontarkan kebohongan-kebohongan tentang hamba-hamba Allah yang ditangkap, dipercaya dan selanjutnya digosipkan oleh banyak orang Kristen,” satu hal saya mau katakana pada saudara sklian “Berdoalah agar Allah menolong kita menggunakan lidahkita untuk memulihkan daripada melukai oran lain.” Di bawah kendali nafsu daging, lidah hanya dapat menjadi alat perusak dari si musuh. Dengan control Roh Kudus, ia dapat menjadi alat kebaikan, pemulihan dan perdamaian.
Kepahitan Ketidaksediaan Mengampuni
Kristen (kita) yang pernah terluka sering menyimpan kepahitan dan tidak sedia mengampuni, menjauhi sahabat-sahabat mereka bahkan tidak jarang juga menjauh dari Allah. Saudara dan saya menutup diri dari pertolongan yang sesungguhnya Saudara dan saya butuhkan: dukungan sahabat dan sentuhan Kasih Allah yang menyembuhkan. Iblis tentu saja bergembira , sebab dia berhasil memisahkan seekor domba dari kelompoknya dan dari pemeliharaan Sang Gembala yang baik. Alkitab berkata, “jagalah supaya jangan ada orang seorangpun menjauhkan diri dari Kasih Karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.” (Ibrani 12:15). Berbagai perpecahan menyakiti tubuh Kristus masa kini karena semangat kepahitan dan ketidaksediaan mengampuni akan orang lain. Iblis meniup api perpecahan ini, karena it kita harus bersikap lemah lembut , sedia mengampuni dan tidak menyimpan dendam sedikit pun. Tuhan telah mengampuni kita, maka kita pun harus mengampuni orang lain.
Hati Manusia Bersifat Licik
“Betapa liciknya hati, lebih licik darpada segala sesuatu, …..siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yer. 17:9). Hati licik kita dapat menyebabkan kita menjalani lorong-lorong hidup yang salah. Hati kita dapat membenarkan hampir segala macam bentuk kelakuan, fantasi dan pencarian alasan. Hati kita dapat diandalkan dan harus diuji. Banyak masalah dalam kehidupan kita yang telah disebabkan oleh sifat menipu diri kita sendiri, kita telah melibatkan diri dan pribadi kita terlibat dalam dosa. Alkitab berkata “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Ams 4:23). Amin
By : Eddyson L
Office Room
Tidak ada komentar:
Posting Komentar